Akhir tahun 2010 yang lalu, kami bersama rombongan dari Blazer Indonesia Club (BIC) berkesempatan untuk mengunjungi pulau Nusakambangan, Cilacap. Awalnya istri cukup khawatir dan juga bertanya, ngapain sih jalan-jalan ke penjara, mana penjara kelas kakap lagi, yang katanya mengerikan dan tidak layak dikunjungi. Namun karena pergi dengan rombongan yang cukup besar, akhirnya istri setuju.
Berikut ini cerita pengantar dulu ya tentang pulau Nusakambangan yang di ambil dari berbagai sumber.
Nusa Kambangan adalah nama sebuah pulau di Jawa Tengah yang lebih dikenal sebagai tempat terletaknya beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) berkeamanan tinggi di Indonesia. Masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Cilacap. Untuk mencapai pulau ini orang harus menyeberang dengan kapal feri khusus yang dikelola oleh departemen kehakiman dari pelabuhan di Cilacap.
ini nih pelabuhan penyeberangannya, saat ini kapal penyeberangan yang digunakan adalah Pengayoman II.
Pulau Nusakambangan, yang berstatus sebagai cagar alam, juga merupakan habitat bagi pohon-pohon langka, namun banyak yang telah ditebang secara liar. Saat ini yang tersisa kebanyakan adalah tumbuhan perdu, nipah, dan belukar. Kayu pawlar yang hanya dapat ditemukan di pulau ini banyak dicuri karena setelah dikeringkan, mempunyai kualitas yang setara dengan kayu dari Kalimantan. Secara tradisional, penerus dinasti Mataram sering melakukan ritual di pulau ini. Nusa Kambangan juga tercatat sebagai pertahanan terakhir dari tumbuhan Wijayakusuma yang sejati.
Suasana di dalam kapal penyeberangan Pengayoman II, Nakhodanya orang dari departemen kehakiman, crew kapal adalah narapidana yang sudah dalam proses asimilasi.
Aktifitas di salah satu sisi pulau Nusakambangan,
Ucapan selamat datang di pelabuhan Wijajaypura apa wijakusuma, lupa eui. Sebagai gerbang masuk utama dari kawasan pulau Nusakambangan
Tugu prasasti di bundaran setelah keluar dari pelabuhan feri, dari tugu ini ada dua percabangan jalan.
Berpose sejenak di bekas kapal pengayom I, yang dulu nya di pakai sebagai sarana penyeberangan.
Di sana-sini, kita akan menemukan beberapa bangunan Lapas tua yang sudah rontok pasti memancing rasa ingin tahu mengenai sejarahnya. Sejak zaman Belanda, ada sembilan Lapas di pulau ini, yaitu Lapas Karang Tengah (Dibangun 1927), Lapas Gliger (1925), Lapas Limus Buntu (1935), Lapas Nirbaya (1912), Lapas Batu (1935), Lapas Besi (1927), Lapas Kembang Kuning (1950), Lapas Permisan (1928) dan Lapas Karang Anyar (1912).
Kesembilan Lapas ini dibangun tersebar dari bagian Timur ke bagian Barat pulau yang berluas sekitar 21.000 hektar yang pengawasannya dan pengelolaannya langsung di bawah kewenangan Menteri Kehakiman dan HAM. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, lima dari sembilan Lapas tadi sudah rontok, sehingga kini hanya tertinggal empat Lapas saja, yaitu Lapas Batu, Lapas Besi (Lapas Narkoba), Lapas Kembang Kuning dan Lapas Permisan.
Seiring dengan itu pula, pada tanggal 27 April 1964 sistem kepenjaraan diubah menjadi sistem pemasyarakatan, serta istilah penjara diganti menjadi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Sisa-sisa Lapas tua yang sudah rontok itu dibiarkan saja begitu, termasuk beberapa rumah tuanya, sehingga jika pengunjung melewati jalan dari Sodong ke Lapas Batu, Lapas Besi, terus ke Barat ke Lapas Kembang Kuning dan yang terjauh (sekitar 8 Km) Lapas Permisan, maka dapat disaksikan sisa-sisa bangunan itu menjadi pemandangan yang menarik.
Tidak berapa jauh dari LP Permisan kita akan menemui gerbang yang sangat indah dan jantan, yaitu gerbang masuk pantai komando yang menjadi tempat penggemblengan prajurit prajurit dengan kualifikasi khusu dari satuan elit angkatan darat yaitu Kopasus.
Deburan ombak pantai selatan yang sangat indah, memecah di pasir putih dan kumpulan batu karang, sungguh pemandangan yang sangat indah. kontras sekali dengan image tentang pulau nusakambangan yang menyeramkan.