Selasa, 13 November 2007

Kapan saatnya harus pindah Bekerja?

Bagaimana caranya mengetahui kalau kita sudah terlalu lama bekerja di perusahaan yang sama?--Jason Morrow, Salt Lake City
Jawab: Pertanyaan Anda mengingatkan kami pada seorang teman. Seorang manajer investasi di sebuah perusahaan besar di Midwest. Suatu pagi dia mengendarai mobilnya ke kantor, parkir di tempat biasa, kemudian menemukan dirinya tidak bisa ke luar.
''Saya pikir saya berdiam di ladang terlalu lama,'' kelakarnya kemudian hari. Saat kami bertanya apa yang salah, di menjawab, ''Ini bukan hanya tentang satu hal. Ini tentang segalanya.'' Tak heran ia kemudian mengendarai mobilnya pulang dan menelepon ke kantor atas pengunduran dirinya.
Kembali ke pertanyaan Anda, bagaimana mengetahui kalau inilah saatnya untuk berpindah? Kami tidak akan memaparkan kriterianya secara spesifik, hanya memberikan empat pertanyaan untuk membantu menemukan satu jawaban.
Pertama, yang paling simpel tanpa harus mengatakan apa-apa. Faktanya, banyak orang tidak berhadapan langsung dengannya. Termasuk teman kita tadi yang berakhir di dalam mobilnya (dia bergelar MBA lulusan Harvard) menyarankan kita menghadapinya.
Apakah Anda mau pergi bekerja setiap pagi? Tidak masalah kita berpikir lebih jauh. Apakah prospek setiap hari menarik hati atau malah menakutkan Anda? Apakah pekerjaan itu sesuai dengan minat dan berarti banyak bagi Anda atau Anda hanya menjalaninya untuk mendapatkan bayaran? Apakah Anda masih bisa terus belajar dan bergerak maju?
Kami kenal seorang wanita yang bekerja di bidang konsultasi selama tujuh tahun. Ia mencintai tempatnya bekerja dan merencanakan karir di sana. Tapi kemudian tiba-tiba saja ia menyadari kalau ia berharap jika setiap pekan hanya terdiri dari lima hari. ''Pada prinsipnya saya merasa seperti memasukkan segalanya dalam satu buku besar untuk membuat rekomendasi kepada orang-orang yang lebih tahu daripada saya,'' kata dia. ''Setiap hari di kantor, saya merasa seperti seorang hipokrit.'' Sekarang ia bahagia bekerja di ''garis depan'', menjadi karyawan pemasaran di sebuah perusahaan ritel.
Kedua, apakah Anda nyaman menghabiskan waktu bersama rekan-rekan Anda atau malah mereka meninggalkan Anda? Kami tidak menyarankan Anda harus bertahan di tempat Anda bekerja sekarang kalau Anda ingin bersenang-senang dengan teman-teman setiap akhir pekan. Tapi jika Anda tidak menikmati menghadapi orang-orang yang sama 10 jam setiap hari, Anda bisa yakinkan diri untuk meninggalkan perusahaan. Kenapa tidak membuat keputusan lebih cepat daripada terlambat dan mulai memperkuat hubungan dengan perusahaan baru.
Ketiga, apakah tempat kerja Anda memenuhi misi Anda? Pertanyaan ini mengarah pada apakah tempat kerja Anda sesuai dengan tujuan hidup dan nilai hidup Anda. Apakah perusahaan berjalan lebih dari yang Anda suka, memberikan Anda keseimbangan dalam hidup dan pekerjaan? Apakah cukup mengakomodasi ambisi Anda? Tidak ada jawaban benar atau salah untuk pertanyaan ini. Hanya saja, apakah Anda menginvestasikan waktu Anda pada perusahaan yang benar atau salah bagi Anda.
Yang terakhir atau yang keempat, bisakah Anda menggambarkan diri Anda dalam satu tahun ke depan di tempat kerja sekarang? Kami menggunakan bingkai waktu karena ini adalah cara mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menemukan pekerjaan yang lebih baik untuk berpindah. Kawan, lakukanlah sebaik yang Anda bisa di masa depan dan prediksi di mana posisi Anda di tempat kerja sekarang, apa yang Anda lakukan di sana, dengan siapa Anda akan bermitra. Bila skenario ini menggiring Anda kepada ketertarikan yang minim, jalan ke luarnya terlalu pendek. Atau ambil jalan lain, Anda terlalu lama bertahan.
Untuk lebih jelasnya, kami tidak menyarankan orang-orang untuk berhenti pada saat merasa ada ketidakpuasan pertama kali. Tidak masalah di mana pun Anda bekerja, pada saat yang bersamaan Anda harus memikul tanggung jawab yang sama, dan meskipun tugas Anda membosankan, harus bertahan untuk naik pangkat.
Tapi kalau hanya sedikit saja rasa untuk tetap bertahan karena kelembaman (inersia), buka pintu dan ke luarlah.

Agar tak jadi Pemimpin yang Terisolasi

Saya menyadari bahwa dalam menjalankan bisnis, saya banyak mengambil keputusan sendirian. Saya sadar ini bukan hal yang baik. Bagaimana menjaga agar saya tidak menjadi pemimpin yang terisolasi? Arthur Lakiisa, Kampala, Uganda.
Sebenarnya agak merupakan kebetulan bahwa pertanyaan Anda sampai di meja kami pekan ini. Waktunya bersamaan dengan dua CEO dari perusahaan terkenal, yakni Chuck Prince dari Citigroup Inc dan Stan O'Neal dari Merrill Lynch & Co dihempaskan dari posisinya. Mereka berdua bahkan dikritik secara terbuka karena "dosa" mereka mengejutkan pasar dengan kinerja perusahaan yang buruk.
Sekarang, kami tidak tahu apakah CEO sekarang telah terisolasi dari orang-orang dalam organisasinya. Sehingga mereka tidak menyadari bahwa ada masalah menghadang di hadapannya. Namun kekuatan dari "kesenjangan ekspektasi" menyarankan kedua CEO itu tidak menyadari masalah yang dihadapi. Paling tidak sampai level tertentu, mereka dibiarkan tidak tahu menahu soal kinerja perusahaan yang buruk. Mungkin seperti Anda, mereka merasa sendirian di puncak kepemimpinan.
Dan mungkin seperti Anda juga, mereka sebenarnya sadar terisolasi itu tidak baik. Hanya saja mereka tidak menaydari masalah ini dengan cepat. Hal itu berakibat fatal. Faktanya adalah, ketika Anda menjadi seorang pemimpin, satu hal yang harus Anda cegah adalah menjadi terpojok dan terpenjara di menara gading.
Kemudian, seperti yang Anda rasakan, memang ada sebabnya menjadi bos yang secara tanpa disengaja menjadi terisolasi. Sepertinya memang ada kekuatan alami yang "melindungi" Anda dari mengetahui keadaan yang sebenarnya. Berita baik akan sampai kepada Anda dengan cepat, namun ketika ada berita buruk, orang-orang di bawah Anda akan menahannya dan berharap masalah itu dapat diatasi sebelum ada yang menyadarinya.
Pada saat yang sama, ada ada kecenderungan bagi pemimpin, bagi siapapun, untuk mengelilingi diri mereka dengan orang bertipe "yes boss", yang akan membuat mereka merasa aman dengan mengesankan tidak ada masalah yang terjadi. Dalam kebanyakan perusahaan, tentu saja tidak begitu keadaannya. Inilah mengapa Anda harus menjadi agresif dalam melawan keterisolasian itu.
Sama pentingnya Anda dikelilingi orang-orang dari luar perusahaan, dengan orang-orang dalam Anda sendiri. Tentu saja kebanyakan pemimpin memiliki sederetan penasihat dan orang-orang yang dapat secara langsung melapor pada Anda. Namun kelompok semacam itu bisa dengan mudah jatuh menjadi semacam ritual, di mana dialog yang terjadi adalah asumsi dari apa yang ingin Anda dengar.
Anda dapat mengalahkan dinamika bisnis dengan menciptakan "kabinet dapur" yang berisi orang-orang yang cerdas, semangat dan percaya diri. Cobalah untuk menghindari tersangka yang umum: pastikan Anda mengumpulkan orang-orang yang merupakan agen perubahan dan para penggerutu yang kritis. Para agen perubahan inilah yang biasanya paling sensitif terhadap perubahan di pasar. Dan para penggerutu inilah, walaupun mereka kadang menyebalkan, selalu menyadari ada ada sesuatu yang salah.
Terakhir, pemimpin dapat mencegah menjadi terisolasi dengan melakukan apa yang mereka rasakan harus dilakukan. Manfaatkan intusisi, dan kadang bersikaplah seperti orang yang paling bodoh. Tentunya, sebagai pemimpin, orang-orang akan mengharapkan Anda menjawab semua masalah, dan tentunya Anda ingin meresponnya dengan baik. Namun daripada melakukan itu, tunjukkan pada semua orang bahwa tugas Anda adalah bertanya tentang semuanya.

Agar tak jadi Pemimpin yang Terisolasi

Saya menyadari bahwa dalam menjalankan bisnis, saya banyak mengambil keputusan sendirian. Saya sadar ini bukan hal yang baik. Bagaimana menjaga agar saya tidak menjadi pemimpin yang terisolasi? Arthur Lakiisa, Kampala, Uganda.
Sebenarnya agak merupakan kebetulan bahwa pertanyaan Anda sampai di meja kami pekan ini. Waktunya bersamaan dengan dua CEO dari perusahaan terkenal, yakni Chuck Prince dari Citigroup Inc dan Stan O'Neal dari Merrill Lynch & Co dihempaskan dari posisinya. Mereka berdua bahkan dikritik secara terbuka karena "dosa" mereka mengejutkan pasar dengan kinerja perusahaan yang buruk.
Sekarang, kami tidak tahu apakah CEO sekarang telah terisolasi dari orang-orang dalam organisasinya. Sehingga mereka tidak menyadari bahwa ada masalah menghadang di hadapannya. Namun kekuatan dari "kesenjangan ekspektasi" menyarankan kedua CEO itu tidak menyadari masalah yang dihadapi. Paling tidak sampai level tertentu, mereka dibiarkan tidak tahu menahu soal kinerja perusahaan yang buruk. Mungkin seperti Anda, mereka merasa sendirian di puncak kepemimpinan.
Dan mungkin seperti Anda juga, mereka sebenarnya sadar terisolasi itu tidak baik. Hanya saja mereka tidak menaydari masalah ini dengan cepat. Hal itu berakibat fatal. Faktanya adalah, ketika Anda menjadi seorang pemimpin, satu hal yang harus Anda cegah adalah menjadi terpojok dan terpenjara di menara gading.
Kemudian, seperti yang Anda rasakan, memang ada sebabnya menjadi bos yang secara tanpa disengaja menjadi terisolasi. Sepertinya memang ada kekuatan alami yang "melindungi" Anda dari mengetahui keadaan yang sebenarnya. Berita baik akan sampai kepada Anda dengan cepat, namun ketika ada berita buruk, orang-orang di bawah Anda akan menahannya dan berharap masalah itu dapat diatasi sebelum ada yang menyadarinya.
Pada saat yang sama, ada ada kecenderungan bagi pemimpin, bagi siapapun, untuk mengelilingi diri mereka dengan orang bertipe "yes boss", yang akan membuat mereka merasa aman dengan mengesankan tidak ada masalah yang terjadi. Dalam kebanyakan perusahaan, tentu saja tidak begitu keadaannya. Inilah mengapa Anda harus menjadi agresif dalam melawan keterisolasian itu.
Sama pentingnya Anda dikelilingi orang-orang dari luar perusahaan, dengan orang-orang dalam Anda sendiri. Tentu saja kebanyakan pemimpin memiliki sederetan penasihat dan orang-orang yang dapat secara langsung melapor pada Anda. Namun kelompok semacam itu bisa dengan mudah jatuh menjadi semacam ritual, di mana dialog yang terjadi adalah asumsi dari apa yang ingin Anda dengar.
Anda dapat mengalahkan dinamika bisnis dengan menciptakan "kabinet dapur" yang berisi orang-orang yang cerdas, semangat dan percaya diri. Cobalah untuk menghindari tersangka yang umum: pastikan Anda mengumpulkan orang-orang yang merupakan agen perubahan dan para penggerutu yang kritis. Para agen perubahan inilah yang biasanya paling sensitif terhadap perubahan di pasar. Dan para penggerutu inilah, walaupun mereka kadang menyebalkan, selalu menyadari ada ada sesuatu yang salah.
Terakhir, pemimpin dapat mencegah menjadi terisolasi dengan melakukan apa yang mereka rasakan harus dilakukan. Manfaatkan intusisi, dan kadang bersikaplah seperti orang yang paling bodoh. Tentunya, sebagai pemimpin, orang-orang akan mengharapkan Anda menjawab semua masalah, dan tentunya Anda ingin meresponnya dengan baik. Namun daripada melakukan itu, tunjukkan pada semua orang bahwa tugas Anda adalah bertanya tentang semuanya.

Jumat, 02 November 2007

HR Metric & Scorecard

HR priorities and task evolve over time, because they need to fit or make sense in terms of the company’s strategic direction., HR’s centre task is always to provide a set of services that make sense in terms of company strategy. A strategy is the company’s plan for how it will balance its internal strength and weakness with external opportunities and threats in order to maintain a competitive advantage. Ferrari therefore has a different HR policies and practices than does Ford and Wal-Mart has different HR policies and practices than does Neiman Marcus.Trends like globalization and increased competition have placed HR front and centre in most firm’s strategic planning efforts. For example we will see that HR managers today are more involved in partnering with their top managers in both designing and implementing their companies strategies. Today’s emphasis on gaining competitive advantage through people makes input from the department that helps to screen, train, appraise, and reward employees too important to ignore when the company is reviewing its strategic options. Today’s focus on competitiveness and operational improvements also means that all managers including HR must be much more adept at expressing their departmental plans and accomplishments in measurable terms. Top management wants to see precisely, how the HR manager’s plans will make the company more valuable, for instance by boosting morale and, thereby improving performance.An emphasis on performance:A recent survey of HR professionals shows that the pressure for more performance hasn’t been lost on HR managers. When asked to rate the importance of various issues, their five top choices were competitions for market share, price competition/price control, governmental regulations, need for sales growth, and need to increase productivity. HR managers also know that establishing competitive, high-performance work systems under conditions of rapid change isn’t easy. This helps to explain why another survey of HR executives found that their main concern is “managing change”. So today’s successful HR manager must have the capacity to visualize how he or she can adapt HR systems to support the company’s strategic needs, and the ability to execute the required changes. These changes may range from new incentive plans that encourage employee innovation, to centralized HR call centers to boost the HR unit’s efficiency, to moving more HR activities onto the Web, and to organizing telecommuter programs. For HR this focus on performance also requires more measurability. Management expects HR to provide measurable, benchmark based evidence for its current efficiency and effectiveness of new or proposed HR programs. In other words, management expects solid, quantified evidence that HR is contributing in a meaningful and positive way to achieving the firm’s strategic aims.Metrics:This requirement for measurability manifests itself in several ways. First, HR managers need a set of quantitative performance measures (metrics) they can use to asses their operations. For example, median HR expenses as proportion of companies total operating costs averaged 1 to 1.1% in the early 1990s, 0.8 to 0.9% in the late 1990s, and 0.8% in 2002. There tends to be between 0.9 and one HR staff person per 100 employees. Both manufacturing and non-manufacturing firms spend about $1000 per employee for HR. Figures like these provide benchmark metrics managers can use as overall measures of their HR units’ efficiency. However, measuring HR performance requires more than current HR department performances metrics like these. Top management needs and expects more forward looking information. For example, the CEO may ask the HR manager to defend a proposed new HR program with numbers. She may ask for instance, “How will this new incentive compensation plan help us improve customer service, customer satisfaction, and the profitability of each of our sales?” The HR top manager must prepare a basis for working out such details so that he can convince the top management so that a new HR program can be implemented.—

UMP DKI 2008 sebesar Rp 972,604

Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menetapkan upah minimum provinsi (UMP) DKI 2008 sebesar Rp972.604,80, naik sebesar delapan persen dari UMP 2007 sebesar Rp900.560.

"Angka itu adalah angka yang realistis dibandingkan dengan angka kebutuhan hidup layak," kata Gubernur di Jakarta, Kamis (1/10).

Para perwakilan serikat buruh sendiri sebenarnya menuntut UMP DKI Jakarta sebesar Rp Rp1.002.500. Sementara perwakilan para pengusaha meminta UMP di DKI Jakarta hanya Rp959.096.

"Dengan ditetapkannya UMP baru ini, saya harapkan perusahaan-perusahaan dapat melanjutkan usaha mereka dan mempertahankan kinerja mereka, tanpa perlu mengkhawatirkan bahwa para pekerja akan melakukan hal-hal yang tidak dinginkan.

Untuk karyawan , UMP juga menjadi penting agar perusahaan tidak bisa berlaku sewenang-wenang terutama tentang penetapan upah para pekerjanya, ujarnya.

Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS DKI Jakarta, Tandas Sirait, menjelaskan ada beberapa input data yang diperlukan sebelum dicapai kesepakatan tripartit antara perwakilan dari serikat pekerja, perwakilan pengusaha dan pemerintah.

Angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sendiri didapatkan dari pelaksanaan survei yang dilakukan bersama-sama oleh tiga unsur tripatrit. Setiap survei yang dilakukan pada setiap responden dilakukan oleh tiga unsur tersebut.

Harga-harga dipasar itu kemudian dicatat bersama oleh tiga responden tersebut, jadi tidak ada survei yang dilakukan oleh salah satu unsur saja.

Survei dilakukan di 10 pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta pada pagi hari. Hal ini bertujuan terutama untuk mengetahui harga sayur mayur pada pagi hari. Survei dilakukan pada medio Juli, Agustus dan September.

Dari hasil survei KHL dan mempertimbangkan komponen-komponen inflasi, pertumbuhan ekonomi, pertambahan kesempatan kerja dan tingkat pengangguran ditambah lagi dengan komponen lainnya seperti kebutuhan makanan, perumahan, sandang dan transpor serta tabungan itulah kemudian dicarikan kesepakatan tripatrit untuk menentukan UMP.

(*)
Copyright © 2007 ANTARA

Cara Simpel Menutup Pinjaman

Anda sudah mendapatkan pekerjaan yang enak dan penghasilan yang mencukupi. Saatnya kini menabung untuk mewaspadai hari tua Anda, sayangnya betapa pun besarnya keinginan menabung uang Anda selalu tidak mencukupi.
Alasannya sederhana, hutang Anda menumpuk, sehingga saat ada uang lebih akan digunakan untuk membayar dan menutupi hutang. Oleh karena itu, berhati-hatilah, jangan terjebak dengan berbagai kartu kredit yang ditawarkan. Jika Anda tak mampu mengendalikan diri, kartu tersebut bisa menjadi bumerang bagi Anda.
Apalagi jika Anda kurang menyadari dan terlalu terlena menggunakan kartu kredit, apa yang akan Anda lakukan jika hutang terus-terusan menggunung? Lakukan tujuh cara berikut, Anda tidak saja akan mengurangi hutang tetapi juga melenyapkannya.
Gunakan akal sehat
Cara terbaik untuk mengurangi hutang Anda adalah dengan menggunakan akal sehat. Banyak alasan dikemukakan untuk melakukan pinjamana adalah karena kemudahaan yang diberikan dan bisa dilunasi dengan cara kredit, semisal yang ditawarkan kartu kredit. Mereka gagal menyadari, berapa banyak uang yang telah mereka habiskan dan sebelum mereka menyadarinya, batas kartu kredit sudah melambung.
Cara termudah untuk mengetahui berapa banyak uang yang telah Anda habiskan adalah dengan cara membayar cash. Artinya, simpanlah kartu kredit An da untuk hal-hal tertentu yang sifatnya urgent dan untuk hal-hal tak terduga.
Stop belanja berlebihan
Jika Anda ingin menghentikan hutang, Anda wajib berhemat terutama jika Anda tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk men-support tingkat pinjaman Anda. sadarilah, jika Anda terus bersikap tak terkendali, lama kelamaan Anda tak akan mempunyai cukup uang untuk membayar pinjaman.
Buat rencana
Mulailah mengurangi hutang Anda dengan membuat rencana. Untuk melakukannya Anda harus mengetahui berapa besar jumlah hutang Anda, buat perkiraan berapa lama Anda bisa melunasinya. Kalau bisa, Anda menentukan tanggal pembayaran rutin agar Anda terpacu untuk melunasinya.
Setelah itu Anda bisa menghitung budget dan membangun manajemen keuangan. Analisa berapa banyak penghasilan dan pengeluaran yang Anda perlukan. Catat keperluan Anda dan biaya yang dikeluarkan dan dibutuhkan. Lakukan pemotongan untuk sesuatu yang tidak perlu.
Lihat baik-baik keperluan Anda, mana yang bisa dihilangkan kemudian gunakan biaya tak terpakai itu untuk memperingan hutang Anda.
Pilihan menabung dan mencari pinjaman bank
Carilah kesempatan menabung dengan ketentuan yang tidak terlalu membebani Anda. Sebelum menentukan bank mana yang Anda pilih, sebaiknya cari informasi sebanyak-baanyaknya.
Kebanyakan orang takut pergi ke bank, mereka pikir akan sulit mendapatkan pinjaman bank seperti halnya pada masa lalu. Kini, Anda bisa melakukan pinjaman lebih mudah, jangan takut melakukan penawaran.
Mulailah bergerak
Jangan jadi pemalas, formulasikan rencana yang telah Anda buat. Kebanyakan orang ingin dan melakukan pengembangan strategi manajemen pinjaman. Satu-satunya masalah adalah mereka lupa aatau tidak memiliki kemauan yang kuat untuk melakukannya. Kuncinya adalah disiplin. Maka, bersiaplah menghapus hutang-hutang Anda.
Jangan tutup kartu kreedit Anda
Ketika Anda menutup kartu kredit Anda, Anda telah memutuskan pilihan. Selama kartu tersebut tidak membebankan Anda jika tidak digunakan, tak ada salahnya jika tetap dimiliki. Tetaplah membuka pilihan dan selalu siap mengganti bank ketika Anda menemukan yang lebih baik.
Selalu membayar tepat pada waktunya
Hal terburuk yang bisa Anda lakukan adalah terlambat membayar. Manajemen keuangan yang baik adalah tugas penting, gunakan akal sehat Anda dan kenadalikan kebiasaan menghabiskan uang. Cobalah untuk merencanakan dan membayar tepat pada waktunya. (satulelaki.com)